Gladiol Putih
Seorang pedagang kaki lima mengabarkan kepadaku tentang lelaki yang terhuyung-huyung menuju jalan kosong ke arah barat. Degup jantungnya lebih cepat dibanding nada jangkrik yang sedang bernyanyi. Kelopak mata hitam, bibir pucat pasi, dan terdapat satu ketakutan pada raut wajahnya. Dibawanya segenggam tanah dan beberapa tangkai bunga. Menyeret langkah, sepertinya ia membawa luka. Kulihat bekas darah tercecer sepanjang jalanan ini. Kuikuti.
Langkahku terengah-engah, jejak darah masih belum mengering. Jalanan lurus membentang, mentari semakin melenyapkan binar jingganya. Sosok itu belum kutemukan, dan rasa penasaran masih membungkus pikiranku.
“Tunggu sebentar!” teriakku pada satu-satunya manusia yang berada di ujung pandangan. Ia diam beberapa detik, genggam tangannya menghamburkan bunga berwarna putih ke arahku, kemudian menceburkan seluruh dirinya pada genangan senja yang sudah keungu-unguan.
“Bunga Gladiol ...” tatapku nanar.
Subang, 2019