Surat Kabar 7: Menunggu Waktu
Kabarku sedang mengantuk, dengan kepala yang sedikit migrain karena setumpuk beban pekerjaan yang usang dan setumpuk kerinduan yang lama tak bertuan. Ah, ini sama sekali tak ingin kujadikan sebuah permasalahan, dan tak ingin memperumit pemikiran.
Bagaimana denganmu? Aku tidak ingin menerka-nerka.
Seseorang pernah bertanya kepadaku "Kamu pernah menunggu?", dengan singkat dan mantap kujawab "Sangat pernah!".
Tampak seperti sebuah pertanyaan yang sangat mudah untuk dijawab. Ya, memang mudah. Namun, terdapat proses yang panjang dan sulit untuk bisa mengatakan "Sangat pernah!".
Bukan sekadar pengorbanan perasaan, rasa sesal melumat habis isi kepalaku, menjadi bulan-bulanan waktu.
Aku berangkat pada masa sekarang. Sungguh, menyimpan rapi sebuah perasaan itu benar-benar sulit. Aku hanya takut akan harapan yang bukan pada tempatnya, dan tak ingin mengulang kekhilafan yang sama.
Kepada waktu, tolong bantu aku untuk tertidur pulas, malam ini!