Surat Kabar 8: Ide Fiksi


Kepada: 23 Januari 2020


Waktu menunjukkan pukul setengah ngantuk. Kabarku hari ini tidak sesedih tulisanku yang dipost di Instagram story.

Media sosial selalu dijadikan tempat pamer bahagia dan berkeluh kesah. Namun, bukan berarti kehidupan media sosial itu sama dengan kehidupan realitanya. Tidak ingin membahas perihal pamer bahagia dan berkeluh kesahnya, yang akan kubahas adalah mengenai tulisan-tulisanku yang dipajang di media sosial.

Proses menulis itu berasal dari sebuah ide, ide tulisan fiksi biasanya terlahir dari apa yang dilihat, didengar, atau dirasa. Dari ketiga ini, penulis mungkin memasukkan salah satunya atau bahkan ketiganya.

Ketika dia melihat sesuatu, dan imajinasinya sedang liar, maka dia akan menuliskan apa yang ada dalam khayalannya dengan menyangkut apa yang dia lihat. Begitupun ketika ia mendengar ataupun merasakan sesuatu.

Tidak semua penulis dan tidak sepenuhnya isi tulisan itu bersifat "fakta". Lah ya namanya fiksi itu kan rekaan, khayalan, imajinasi, iya kan?

Terkadang nulis tulisan galau, disangka patah hati. Nulis tulisan romantis, disangka jatuh cinta. Giliran enggak nulis-nulis malah disangka udah gak punya hati. Nasibnya gini amat ya, disangka-sangka terus.

Sebenarnya masih banyak kata-kata dalam kepalaku, tapi ada satu hal yang membuatku memutuskan berhenti. Sudahilah.

Postingan Populer