Surat Kabar 16: Homesick, Ciamis Apa Kabar?
Suara hujan begitu lembut di balik jendela yang sedari pagi tetap menutup. Tidak ada suara manusia lain di pendengaranku, sepertinya mereka terpaku pada selimut masing-masing. Dan akan lebih hangat rasanya jika ditemani semangkuk mi instan.
Merindukan rumah, dan aku tidak sedang baik-baik saja. Suasana di rumah memang tidak pernah bisa dibeli dengan apa pun, meskipun pekerjaan lancar, tidak dibebani masalah, keuangan stabil, fisik sehat, dsb.
Aku tidak pernah bisa menjadi baik-baik saja, jika kenyataannya kerinduan kian menjadi garis tebal yang melingkari isi kepala.
Jika berada di sudut pandang ini, kurasa waktu dan jarak adalah hal yang begitu kejam. Waktu melumat seluruh hariku, dan jarak membentengi langkah kakiku.
Hari-hari terasa begitu menjenuhkan, entah akan seperti apa pada akhirnya. Lihat saja!