PROSA: Pengkhianatan Tertulis
Kau berpaling mesra, mengukur jarak yang biasanya tak sempat kau baca. Lantas dengan langkah mundurmu, penyesalan itu haruskah berlaku untukku?
Hingga kau sapa pertemuan kembali setelah lukaku mengering. Apakah kau sanggup menyanjung cinta yang sudah membuat luka menganga? Kau sanggup menghidupkan kembali hati yang pernah dibunuh mati?
Aku menyerah sebab hati seringkali dibuat patah. Saksi imajinasi di sosok perempuan lain, kau berjalan pelan mencabik malam.
Kita akan bertemu sore ini, di tempat ini lagi. Tepat di sebuah pemandangan senja yang tenggelam tanpa semburat jingga, tanpa langit kemerah-merahan, tanpa bias yang keemas-emasan.
Aku pastikan, kita akan bertemu sore ini, dengan awan hitam atau keabu-abuan, dan dengan langit yang menunduk mendung. Kupastikan juga, angin ikut serta dalam pertemuan kita. Akan kuceritakan segala hal yang pernah kutulis. Entah itu sekadar kata-kata, atau puisi-puisi yang pernah kubunuh tapi tak mati. Kali ini, akan kulenyapkan segala hal itu dengan tanganku sendiri, disaksikan oleh jatuhnya hujan dan jatuhnya tangis dari kedua mataku.
Sampai jumpa sore ini ....