Surat Kabar 19: Menangis dalam Hujan
6 Desember 2020,
Langit sedang bersedih, matahari bersembunyi, angin tidak ingin diam, dan aku berusaha menggerakkan kakiku untuk keluar sejenak. Tetesan hujan yang mengenai payung seperti menepuk-nepuk pundakku. Aku menangis sedikit.
Aku menapaki jalan yang biasa kulewati. Di sini, di tempat paling tersembunyi, aku menatap ke dalam diri. "Kamu baik-baik saja?" tanyaku dalam hati. Soal perasaan, kujadikan hujan sebagai bahasa perantara.
Perlahan matahari mulai memunculkan cahayanya, kurasakan silau di tatapanku. Di kejauhan, orang-orang mulai berlalu-lalang. Kulipat payung, dan bergegas meninggalkan tempat ini.
Ada aroma kesegaran di udara setelah hujan. Sayap-sayap luka pun terbang mengikuti angin yang entah ke mana. Aku kembali pulang, kembali menunggu, dan kembali merindu.