Surat Kabar 27: Aku Akan Pulang Sebagai Diri yang Utuh
17 Juli 2022,
Di tengah hujan seharian, aku memilih jalan yang tak biasa kulewati. Rasanya teduh dan mudah-mudahan menenangkan.
Manusia lain sedang sibuk berpindah dari suatu kebisingan ke kebisingan lain hanya untuk menghindari sepi. Sedangkan aku berpuisi untuk diriku sendiri sepanjang lengangnya perjalanan.
Aku berjalan dengan patuh menuju ke depan. Berjalan dengan tidak mengganggu jalan orang lain. Berjalan seolah tidak perlu diselamatkan. Mengenakan sepatu dengan warna yang tak biasa kupadukan. Tak akan kusandingkan kakiku dengan sepatu yang terbatas langkahnya.
Aku hanya melihat apa yang ingin kulihat, mendengar apa yang ingin kudengar, memahami apa yang ingin kupahami. Aku menyibukkan diri dengan peduli pada diriku sendiri.Setiap langkah adalah puisi kecil yang merambat pelan menjadi makna besar. Semakin melangkah ke depan, kata-kata dalam kepalaku semakin menumpuk. Dan aku kebingungan mencari kata-kata yang pantas untuk diungkapkan. Mengatakan apa yang ingin kukatakan adalah satu hal yang cukup sulit dilakukan.
Hal-hal di sekitar pun ikut berbahasa dengan menyelinapkan gambaran masa lalu ke kepalaku. Namun, bagaimana pun itu, pikiranku hanya akan mengingat apa yang ingin kuingat! Saat berada pada suatu kisah, pikiran dapat memutuskan apakah kisah tersebut akan diingat atau akan dihilangkan saat itu juga.
Aku tak akan mengalihkan pandangan, menyelidiki apakah di depan sana ada persimpangan jalan yang harus kuhadapi. Kuyakini bahwa yang bisa melewati persimpangan jalan dengan selamat adalah manusia terpilih.
Setiap terjatuh, kupastikan tempat itu akan kutandai dan terarsip rapi dalam ingatan. Sedikit baret dan lebam tidak akan jadi masalah, yang terpenting aku pulang masih sebagai diri yang utuh.
Sekujur tubuh terasa dingin dan perih, padahal aku telah berhasil menghindari titik-titik air. Meski cuaca menandakan tak baik, aku tetap ingin dicintai oleh diriku dengan sangat. Bekas luka tetap kupeluk dengan segala air matanya.
Lampu jalan yang remang-remang dan persimpangan jalan di beberapa meter ke depan, langkahku berhenti sedetik. Menilik sebuah petunjuk. Saatnya aku harus memilih dan memutuskan.
Aku hanya akan memercayai apa yang ingin kupercayai.