Surat Kabar 32: Overthinking

 




25 April dengan segala sesuatu yang kompleks,


Betapa aku harus selalu sadar dan bersyukur atas hal-hal yang kadang kuanggap sepele. Seperti hanya bisa melahap sesuap roti untuk kusantap di pagi hari karena tak sempat meluangkan waktu sarapan.

Betapa aku harus selalu sadar dan bersyukur atas hal-hal yang kadang kuanggap menyebalkan. Seperti sedikit air hujan yang menetes mengenai kaus kaki dan tanah basah yang sedikit mengotori sepatu putihku.

Betapa aku harus selalu sadar dan bersyukur atas hal-hal yang kadang kuanggap melelahkan. Seperti berlarian kecil untuk mengejar waktu menuju suatu tempat agar tidak datang terlambat.

Betapa aku harus selalu sadar dan bersyukur atas hal-hal yang kadang kuanggap aku melewatkannya, aku menyesalinya. Seperti ... banyak hal.

Betapa aku harus selalu sadar dan bersyukur atas segala ketidakmampuanku dalam menguasai waktu, menghentikan atau memutarbalikkan waktu.

Waktu adalah dimensi yang mengalir terus-menerus tanpa memperhatikan kehendak manusia. Namun, bukankah manusia punya opsi untuk mengelola penggunaan waktu dengan bijaksana melalui perencanaan, prioritas, dan manajemen waktu? Ketika merasa menyesal, aku mulai sadar bahwa aku tidak melakukan perencanaan dengan baik, tidak membangun prioritas, tidak mengatur waktu sebaik mungkin.

Setiap detik, aku menjadi orang yang baru, mengalami pertumbuhan, belajar, dan beradaptasi dengan hal baru. Dan setiap detiknya, semesta membawaku kepada kesempatan untuk menjadi versi yang lebih baik dari diri yang sebelumnya. Mungkin, dengan mengubah sudut pandang terhadap penyesalan dapat membantu melepaskan diri dari beban yang tidak perlu.

Waktu adalah pembawa cerita yang tak pernah bosan untuk membawa tubuh ini melalui berbagai episode dalam perjalanan hidup — perjalanan yang dipenuhi dengan plot twist.

Waktu dengan segala keajaibannya pun membawaku melalui perjalanan yang penuh warna, juga dihadapkan dengan hal-hal asing yang menguji kewarasan. Hal-hal asing itu bisa berupa orang-orang baru, suasana yang berbeda, atau pengalaman yang belum pernah dialami sebelumnya. 

Menghadapi waktu selalu diiringi dengan beragam perasaan seperti penasaran, resah, dan takjub. Penasaran menggambarkan rasa ingin tahu untuk menjelajahi kemungkinan yang ada. Resah mungkin timbul dari kekhawatiran akan masa depan yang tidak diketahui. Takjub melibatkan perasaan kagum oleh keajaiban indah yang mungkin terjadi di masa depan.

Aku memiliki banyak hal di kepalaku saat ini, seperti jalan yang harus kutempuh dan tempat yang mesti kutuju untuk esok hari. Namun, di depan sana apakah jalan itu lurus, berkelok, terjal, atau buntu? Apakah tempat itu indah, gersang, kumuh, atau rusak?

Plot twist dalam hidup adalah situasi yang tidak terduga, sering kali mengubah arah atau jalan kehidupan secara tiba-tiba. Mungkin setiap cerita, plot twist menjadi bagian unik dan yang paling mendebarkan.

Memiliki rasa syukur atas kehidupan yang kurang atau tidak sesuai dengan keinginan, mungkin bisa membantu untuk melihat peluang dan hikmah di balik setiap rintangan atau plot twist yang dihadapi.

Dalam perjalanan hidup ini, waktu, masa depan, dan hal-hal asing saling terkait dan membentuk jalinan yang kompleks membentuk sebuah ketidakpastian.

Bagaimana agar bisa tetap berbaik sangka terhadap hal-hal asing di kehidupan ini? Bagaimana agar senantiasa kesadaran diri ini dipenuhi dengan rasa syukur?

Setelah menuliskan ini, aku tersadar bahwa aku terlalu berlebihan dalam memikirkan banyak hal.


"Katakanlah (Muhammad), "Tidak akan menimpa kami melainkan apa yang telah ditetapkan Allah bagi kami. Dialah pelindung kami, dan hanya kepada Allah bertawakallah orang-orang yang beriman.""

(QS. At-Taubah 9: Ayat 51)

Postingan Populer