Surat Kabar 33: Aku Ingin Menjadi Kucing
28 April 2024,
Kucing mengeong di balik pintu.
Seketika aku ingin mengetahui isi kepala kucing. Dalam dunia kecilnya, kucing menjalani kehidupan dengan kedamaian yang kadang-kadang tak terpahami oleh manusia.
Mereka menikmati kesunyian malam, merasakan embusan angin lembut di bulu mereka, tapi apakah mereka merenungi dunia? Di balik tatapan mata kucing yang tenang terdapat cerita yang tak terungkap.
Terkadang, aku berpikir ingin menjadi kucing dalam sesaat saja. Tidur, makan, berak, dan mengeong. Tidak mengalami overthinking, insecure, anxiety, dsb.
Bayangkan hidup sebagai kucing, bebas berjalan di antara rerumputan, merasakan sentuhan embun di bulu halus saat matahari terbit, dan menjelajahi dunia dengan rasa ingin tahu yang tak terbatas.
Berlari-lari kecil di sepanjang jalan setapak, dan menikmati tidur siang yang panjang di bawah sinar matahari yang hangat. (Kecuali matahari di Subang, karena sangat menyengat).
Kaki melompat dengan lincah, mengejar bayangan di bawah sinar rembulan malam, dan merasakan getaran bumi di bawah telapak kaki kecil saat mengendap-endap menuju mangsa.
Sebagai kucing, dunia adalah tempat yang penuh dengan keajaiban dan petualangan yang menunggu untuk dieksplorasi.
Kehidupan kucing seringkali lebih sederhana, fokus pada kebutuhan dasar seperti makan, tidur, dan beranak pinak. Mereka hidup tanpa khawatir akan masa lalu atau masa depan, menikmati setiap detiknya dengan kepolosan dan kebebasan yang tak terikat dengan aturan apa pun.
Hidup manusia lebih kompleks. Manusia memiliki tanggung jawab, harapan, dan ambisi yang memengaruhi keputusan mereka setiap saat. Selalu terlibat dalam hubungan sosial yang rumit dan mencari makna dalam kehidupan.
Seperti lapisan-lapisan kabut yang bergerak perlahan, pikiran ini dipenuhi dengan tangkapan gambar yang berjalan tanpa tujuan, mengungkapkan kerumitan yang tersembunyi di balik wajah yang sedang tersenyum.
Aku membuka pintu, kucing itu berlari — mengira manusia ini akan memangsanya.