Surat Kabar 35: Tentang Mencari dan Menemukan
22 Juli dan di sisa-sisa hari sibukku,
Aku memiliki kumpulan peran yang aku mainkan setiap hari.
Sebagai seorang anak perempuan bagi orang tua, sebagai profesional di tempat kerja, sebagai pembelajar di lingkungan akademik, sebagai kerabat atau teman bagi orang-orang terdekat, atau sebagai apapun—terserahku.
Setiap memainkan peran, aku melihat berbagai keputusan atau pilihan yang telah aku sepakati dengan diriku (atau mungkin peran itu hanya mengalir bersama arus kehidupan dan berjalan begitu saja)? Entahlah. Situasi ini memberikanku sebuah keraguan.
Aku seperti pohon yang berdiri dengan menadah daun-daun yang berkumpul penuh di kepalaku. Kaki mengakar, meresap ke dalam pori-pori tanah.
Setiap harinya akan kudapati burung-burung yang hinggap di ranting. Entah sekadar bertengger untuk beristirahat, memperhatikan mangsa, berkicau, atau bahkan membangun sarang dan kemudian beranak pinak. Aku rindang dan menjadi ramai dengan burung-burung itu. Meskipun, aku tak bisa melihat apa dan siapa yang telah membuatku bertumbuh.
Layaknya burung, terkadang aku merasa memiliki sayap yang bisa menerbangkan tubuhku di angkasa, bebas dan tak pernah kehilangan arah. Aku bisa menggapai cahaya bintang di sela-sela awan hitam. Meskipun, aku tak bisa melihat apa dan siapa yang telah memberikanku angin.
Di tingginya angkasa, aku melihat permukaan laut yang tenang dengan kedalaman yang tak bisa kuprediksi. Apakah di dalamnya terdapat kehidupan yang dipenuhi dengan kecemasan? Seperti banyaknya sisi misteri dalam hidupku; celah yang tertutup, keindahan yang belum terungkap, cinta yang tak terlihat, keinginan yang tertunda, dan doa-doa yang belum terpanjatkan.
Aku bisa menukar sayap-sayapku dengan sirip tajam untuk masuk ke dalam lautan. Dengan perlahan, mungkin aku bisa mencapai dasar. Meskipun, aku tak bisa melihat apa dan siapa yang telah mendorongku menyelam.
Akan kudapati sudut-sudut tersembunyi di tiap terumbu karang yang belum terjamah oleh siapapun. Terumbu karang menjadi dunia yang hidup, bervariasi warna, dan berbeda bentuk.
Semakin dalam menyelam, aku bisa melihat beberapa kehidupan yang menakjubkan. Tetapi, suara dari dunia di atasku kian memudar, dan senyap.
Lebih dalam lagi, aku bisa menemukan makhluk hidup yang menunggu untuk ditemukan. Tetapi, cahaya dari dunia di atasku semakin meredup, dan gulita.
Aku pulang kembali ke pikiranku.
Imajinasiku telah menemukan yang lebih dari sekadar tentang peran manusia dan keindahan semesta.
Aku berpikir bahwa pasti ada makhluk lain (di sudut-sudut lain), yang juga sedang merenungi keberadaan mereka, bertanya-tanya tentang dirinya sendiri—sama sepertiku.
Dalam keheningan malam yang tidak benar-benar hening (karena suara jangkrik), di bawah bintang-bintang yang tak pernah ingin kuhitung jumlahnya (karena terlampau banyak dan ngantuk), aku menemukan bahwa diriku merupakan bagian dari sesuatu yang jauh lebih besar, sesuatu yang indah, dan misterius. Aku tidak akan berhenti mencari, kemudian menemukannya.